Tidak Perlu Menjadi Murid yang Rangking 1
By Mujahidin - 30 Maret 2014
Sistem pendidikan kita menyarankan agar kita sebagai murid menjadi yang
terbaik diantara murid-murid yang lain. Kita ditekankan untuk
berkompetisi. Kita dipacu untuk menjadi ranking 1. Suatu sistem yang
sudah out of context menurut saya.
Murid yang ranking 1 dianggap sebagai murid yang paling pintar. Apakah
benar demikian? Menurut saya, “Tidak”! Saya juga tidak mengerti kenapa
seorang murid diminta untuk menguasai semua mata pelajaran. Di kehidupan
nyata (setelah pendidikan formal) apakah ada orang yang bisa hebat di
semua bidang? Tentu tidak. Lantas, kenapa ketika di sekolah semua murid
diminta untuk menguasai semua mata pelajaran?
Saya tidak pernah sekalipun diminta oleh ayah saya untuk menjadi ranking
1. Dari SD, ayah saya bilang, “Bill, kamu ngga perlu ranking 1. Kalau
mau sukses, kamu harus punya banyak teman.” Ya, saya beruntung memiliki
ayah dengan pemikiran yang sangat ‘maju’. Dia tidak menganggap apabila
saya ranking 1, saya akan sukses nanti ketika terjun di masyarakat. Dia
punya prinsip bahwa kesempatan sukses akan lebih besar ketika seseorang
memiliki banyak teman. Tidak ada satupun orang di dunia ini yang bisa
sukses sendirian dan tanpa bantuan orang lain.
Sejak SD, SMP, dan SMA, saya pun ‘kasihan’ melihat teman-teman yang
berusaha untuk jadi ranking 1. Mereka berusaha menguasai semua mata
pelajaran. Sementara saya, belajar, berusaha semaksimal mungkin.. tapi
bukan untuk menjadi ranking 1. Ranking saya bervariasi, dari ranking 10
hingga ranking 25-an. Tapi ketika duduk di bangku SMA, saya pernah
ranking 1, dan sempat 3 besar terus hingga lulus. Ketika saya ranking 1
pun, saya sendiri tidak menyangka. Karena apa? Karena memang saya tidak
pernah menargetkan diri saya untuk ranking 1. Menurut saya, tidak
penting untuk menjadi ranking 1. Saya tidak pernah ingin menguasai semua
hal. Tidak realistis menurut saya.
Untuk perbandingan saja, murid-murid yang bersekolah di sekolah
internasional tidak diberikan ranking. Mereka tidak dibandingkan satu
sama lain. Sistem pendidikannya membandingkan kemampuan si murid dengan
potensi yang dimiliki si murid tersebut. Bukan membandingkan dia dengan
teman-temannya. Dan hampir di semua tugas yang diberikan, tugas-tugasnya
adalah tugas kelompok, bukan tugas individu. Sistem pendidikan seperti
ini lebih menyiapkan si murid untuk menghadapi kehidupan yang
sesungguhnya nanti. Ya, di dalam hidup ini ada kompetisi. Tapi yang
lebih penting adalah kerja tim (kolaborasi). Ketika Anda bekerja di
sebuah perusahaan, bukan Anda seorang diri yang harus bertarung
menghadapi perusahaan lain loh. Anda harus bisa bekerja sama dengan
rekan-rekan kerja yang ada di perusahaan tempat Anda bekerja, untuk
supaya bisa mengalahkan penjualan perusahaan kompetitor.
Di Indonesia sekarang ini lagi zamannya banyak orang yang bilang, “Anda
pasti bisa!” atau “Saya ini dulu orang miskin, kalau saya bisa, Anda
juga pasti bisa!” Saya tidak akan pernah bilang seperti itu. Saya orang
yang rasional, dan saya tidak akan menjual mimpi. Kenyataannya, setiap
orang memiliki latar belakang, pola pikir, karakter, serta kemampuan
yang berbeda. Kalau seseorang bisa menjadi astronot, apakah lantas semua
orang bisa menjadi astronot? Memang, bukan berarti kalau seseorang bisa
menjadi astronot, lantas hanya dia seorang diri di dunia ini yang bisa
menjadi astronot. Tapi, bukan juga berarti semua orang akan bisa kan?
Kita semua harus punya mimpi, cita-cita. Dan selama mimpi itu gratis,
kenapa harus hanya punya satu mimpi? Memangnya kalau Anda punya dua
mimpi atau bahkan 10 mimpi, lantas Anda harus membayar pajak yang lebih
besar?
Bagaimana cara bermimpi yang ‘benar’? Pertama, Anda harus bermimpi untuk
mencapai sesuatu yang Anda cintai. Misalnya Anda suka makanan, mungkin
mimpi Anda adalah untuk membuka restoran. Jangan bermimpi punya
perusahaan IT, kalau Anda tidak suka dengan teknologi.
Kedua, Anda harus mengenali diri Anda, sehingga ketika Anda bermimpi,
mimpi Anda sesuai dengan kelebihan dan kekurangan diri. Misal Anda tidak
pandai matematika maupun fisika, tapi bermimpi untuk menjadi terkenal
sebagai orang jenius seperti Einstein. Bermimpilah sesuai dengan
kemampuan diri. Saya pandai bernyanyi, bermimpilah untuk menjadi
penyanyi yang sukses.
Ketiga, bermimpilah yang besar. Kalau bisa punya 10 restoran, kenapa
harus puas dengan hanya memiliki 1 restoran? Kalau bisa terus
membesarkan perusahaan Anda sehingga Anda bisa terus memberikan lapangan
pekerjaan kepada lebih banyak orang, kenapa harus puas hanya memiliki
10 karyawan? Kalau Anda sekarang adalah seorang Manajer, kenapa harus
puas dengan posisi Anda sekarang? Kalau Anda bisa menjadi seorang CEO
dan mengembangkan perusahaan tempat Anda bekerja sehingga perusahaan
Anda bisa berkontribusi lebih banyak lagi bagi bangsa ini, kan lebih
baik, kenapa tidak?
Kita tidak bisa mencapai semua yang kita impikan. Tapi ingat, kita juga
tidak akan pernah mencapai yang tidak pernah kita impikan. Miliki target
yang ingin dicapai sebanyak-banyaknya. Karena inilah yang membuat hidup
ini ‘seru’. Anak muda sekarang banyak yang galau. Tahu tidak kenapa?
Pada dasarnya, seseorang akan galau (bingung) kalau dia sedang tidak
tahu mesti berbuat apa. Dan, pada umumnya, orang yang tidak tahu harus
berbuat apa itu karena dia sedang tidak memiliki tujuan atau mimpi yang
ingin dicapai.
Kita tidak perlu menguasai semua bidang. Saya tahu apa passion saya, dan
saya mengenali betul siapa diri saya. Saya tahu apa kelebihan dan
kekurangan yang ada pada diri saya. Oleh sebab itu, saya tidak pernah
ingin menjadi Dokter atau pun penyanyi. Saya suka brand management dan
juga tantangan. Saya menguasai leadership, management, dan marketing.
Jadi, kalau sekarang saya terus berusaha membesarkan
perusahaan-perusahaan yang telah saya rintis, dan sedang menyiapkan
sebuah bisnis baru di Jakarta (2013) dan Bali (2014), berarti saya
memang berada di rel yang sesuai dengan diri saya.
Saya sadar, dan berharap Anda juga sadar bahwa kita tidak bisa sukses di
semua bidang. Tidak ada satu orang pun yang bisa sukses di semua
bidang. Tapi, lantas jangan pernah berpikir bahwa Anda hanya bisa sukses
di satu bidang.
Kalau bisa sukses di beberapa bidang, kenapa membatasi hanya di satu bidang?
sumber : http://muif-aha.blogspot.com
Follow our blog on Twitter, become a fan on Facebook. Stay updated via RSS
0 komentar for "Tidak Perlu Menjadi Murid yang Rangking 1"