Budaya merokok di kalangan remaja
By Mujahidin - 25 November 2013
1.1 Sebab-sebab Perilaku Merokok
1. Pengertian Perilaku Merokok
Rokok dibuat dari bahan dasar
tembakau. Daun tembakau (nicotiana tabacum) mengandung nikotin dan berbagai
senyawa kimia lainnya yang berefek racun. Nikotin yang terdapat pada daun
tembakau merupakan zat beracun yang dalam dosis 60 mg saja dapat berakibat
fatal.
Menurut kamus Bahasa Indonesia
(2008), merokok didefinisikan sebagai menghisap rokok, sedangkan rokok itu
sendiri diartikan gulungan tembakau (kira-kira sebesar kelingking) yg dibungkus
(daun nipah, kertas, dsb). Armstrong berpendapat bahwa merokok adalah menghisap
asap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh dan menghembuskannya kembali keluar.
Pendapat lain dari Levy menyatakan bahwa perilaku merokok adalah sesuatu yang
dilakukan seseorang berupa membakar dan menghisapnya serta dapat menimbulkan
asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat
disimpulkan bahwa perilaku merokok adalah suatu kegiatan atau aktivitas
membakar rokok dan kemudian menghisapnya dan menghembuskannya keluar dan dapat
menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya.
2. Faktor Penyebab Perilaku Merokok
Perilaku merokok merupakan perilaku
yang berbahaya bagi kesehatan, tetapi masih banyak orang yang melakukannya.
Bahkan orang mulai merokok ketika mereka masih remaja. Asal mulanya, orang yang
mengisap rokok merasa tidak nyaman, misalnya kepala pening, mulut kering dan
bau. Akan tetapi lama kelamaan jika diteruskan berkali-kali dan dibiasakan maka
perokok akan merasa nikmat dan enak. Setelah itu menjadi ketagihan, kecanduan,
dan tergantung, baik secara fisik maupun psikis. Hal seperti inilah yang
penulis temukan dari wawancara terhadap seorang siswa SMP yang bernama Dani ,
ia mengatakan rasa ingin tau akan segala hal-hal yang dianggpnya baru yang
membuat ia mencoba menghisap rokok sehingga perlahan ia ketagihan dan sulit
untuk berhenti merokok, juga karena terbujuk rayuan teman sebayanya yang
mengatakan bahwa tidak merokok maka bukanlah seorang sifat laki-lakiyang jantan
sehungga timbul gengsi jika tidak merokok.
Ada berbagai alasan yang dikemukakan
oleh para ahli untuk menjawab mengapa seseorang merokok. Menurut Levy setiap
individu mempunyai kebiasaan merokok yang berbeda dan biasanya disesuaikan
dengan tujuan mereka merokok. Pendapat tersebut didukung oleh Smet yang
menyatakan bahwa seseorang merokok karena faktor-faktor sosio cultural seperti
kebiasaan budaya, kelas sosial, gengsi, dan tingkat pendidikan. Secara umum
menurut Kurt Lewin, bahwa perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan
individu, artinya perilaku merokok selain disebabkan oleh faktor dalam diri,
juga disebabkan olah faktor lingkungan.Adapun faktor dari individu yaitu :
1. Faktor Biologis
Banyak Penelitian menunjukkan bahwa
nikotin dalam rokok merupakan salah satu bahan kimia yang berperan penting pada
ketergantungan merokok.
2. Faktor Psikologis
Merokok dapat bermakna untuk
meningkatkan konsentrasi, menghalau rasa kantuk, mengakrabkan suasana sehingga
timbul rasa persaudaraan,juga dapat memberikan kesan modern dan berwibawa,
sehingga bagi individu yang sering bergaul dengan orang lain, perilaku merokok
sulit untuk dihindari.
3. Faktor Demografis
Faktor ini meliputi umur dan jenis
kelamin. Orang yang merokok pada usia dewasa semakin banyak akan tetapi
pengaruh jenis kelamin zaman sekarang sudah tidak terlalu berperan karena baik
pria maupun wanita sekarang sudah merokok.
Faktor lingkungan yaitu :
1. Faktor Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial berpengaruh
terhadap sikap, kepercayaan dan perhatian individu pada perokok.
2. Faktor Sosial-Kultural
Kebiasaan budaya, kelas sosial,
tingkat pendidikan, penghasilan dan gengsi pekerjaan akan mempengaruhi perilaku
merokok pada individu.
3. Faktor Sosial Politik
Menambahkan kesadaran umum berakibat
pada langkah-langkah politik yang bersifat melindungi bagi orang-orang yang
tidak merokok dan usaha melancarkan kampanye-kampanye promosi kesehatan untuk
mengurangi perilaku merokok. Merokok menjadi masalah yang bertambah besar di
negara-negara berkembang seperti Indonesia.
1.2 Remaja Rentan Terhadap Perilaku
Merokok
Pada umumnya remaja memiiki rasa
ingin tahu yang tinggi (high curiosity). Karena didorong oleh rasa ingin tahu
yang tinggi remaja cenderung ingin berpetualang menjelajah segala sesuatu dan
mencoba segala sesuatu yang belum pernah dialaminya. Selain itu didorong juga
oleh keinginan seperti orang dewasa, menyebabkan remaja ingin mencoba melakukan
apa yang sering dilakukan oleh orang dewasa. Akibatnya tidak jarang secara
sembunyi-sembunyi remaja pria mencoba merokok karena sering meihat orang dewasa
melakukannya. Seolah-olah dalam hati kecilnya berkata bahwa remaja ingin
membuktikan bahwa seebenarnya dirinya mampu berbuat seperti yang dilakukan
orang dewasa. Seringkali remaja melakukan perbuatan-perbuatan menurut normanya
sendiri karena terlalu banyak menyaksikan ketidakkonsistenan di masyarakat yang
dilakukan oleh orang dewasa atau orang tua antara apa-apa yang sering dikataan
dalam berbagai forum dengan kenyataan nyata dilapangan. Kata-kata moral
didengungkan dimana-mana tetapi kemaksiatan juga disaksikan dimana-mana oleh
remaja.
1.3 Dampak Perilaku Merokok
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO Pada
1998) melakukan penelitian tentang tembakau dan rokok melontarkan 6 hal:
1. Rokok adalah pintu pertama kematian
3. 1 batang rokok menyebabkan umur seseorang memendek 12
menit
4. Didunia 10 orang perhari mati karena rokok
5. Di Indonesia 57.000 orang mati karena merokok
6. Menurut para ahli seorang perokok
atau yang menghisap asap rokok secara sengaja atau tidak sengaja akan mudah
terserang penyakit, terutama pernafasan, jantung, paru-paru, kanker, pembuluh
darah, impotensi, gangguan kehamilan, dan janin.
Seorang yang kecanduan rokok jika
dihentikan akan mengalami gejala ketagihan rokok antara lain:
1. Perasaan tidak pada mulut (kecuten)
2. Emosional
3. Cemas dan gelisah
4. Konsentrasi terganggu
5. Kepala nyeri
6. Mengantuk
7. Pening
8. Gangguan pencernaan
1.4 Perilaku Merokok di Kalangan Remaja Saat Ini
Berdasarkan penelitian melalui observasi,
wawancara, dan pengolahan data Peneliti mendapati dua alasan pertama
kali mereka merokok, yaitu sebagian besar alasan mereka karena penasaran atau
sekedar ingin coba-coba dan satu orang karena depresi. Seperti pengakuan dari
Fauzul, siswa yang diwawancarai, mengaku merokok pertama kali karena coba-coba.
“saya merokok karena ingin coba-coba saja, lagian juga kata temen ga ngrokok ga
gaul”. Dia merokok hanya satu tahun karena memiliki motivasi untuk berhenti
merokok. Setelah peneliti tanya apa motivasinya, dia menjawab dengan senyum
ringan “ya, motivasinya karena cewek”. Akhirnya sampai sekarang dia tidak
merokok lagi.
Peneliti mengkategorikan siswa menjadi 3 yaitu: Perokok pasif, perokok aktif, perokok pecandu. Perokok pasif adalah orang yang tidak merokok tapi terpaksa ikut menghirup asap rokok karena tidak bisa menghindar lagi.
Peneliti mengkategorikan siswa menjadi 3 yaitu: Perokok pasif, perokok aktif, perokok pecandu. Perokok pasif adalah orang yang tidak merokok tapi terpaksa ikut menghirup asap rokok karena tidak bisa menghindar lagi.
Adapun indikator dari perokok pasif:
1. Belum pernah merokok.
2. Merasa terganggu dengan lingkungan perokok.
3. Mengetahui bahaya merokok.
Perokok aktif adalah orang yang
merokok tetapi tidak merasa rokok menjadi kebutuhan. Adapun indikator dari
perokok aktif:
1. Merokok tidak menjadi kebutuhan.
2. Tahan jika tidak merokok dalam sehari.
3. Dapat menahan diri jika tidak mempunyai rokok.
Perokok pecandu adalah orang yang merokok karena kecanduan dan sudah menjadi kebutuhan. Adapun indikator dari perokok pecandu:
1. Merokok merupakan kebutuhan.
2. Setiap hari pasti merokok.
3. Jika kehabisan rokok, maka tidak tahan sampai
memperolehnya.
Salah satu perokok pasif adalah
Winda. Dia mengaku tidak pernah merokok karena merokok dapat merusak kesehatan.
Dia mengatakan “Merokok kan
merusak kesehatan, seperti merusak paru-paru, dan banyak sih, merugikan orang
lain juga”. Dia merasa terganggu apabila disekitarnya ada yang merokok. Sama
halnya dengan Winda, yaitu Elisa yaitu siwa SMAN 1Tembilahan Kota juga tidak merokok karena mengetahui
sebab-akibat merokok. Meskipun dia sering diejek temannya karena tidak merokok,
dia tetap bisa mengontrol diri untuk tidak merokok.
Sedangkan siswa yang dikategorikan dalam perokok aktif adalah Roby dan Ade yaitu siswa SMA Muhammadiah. Roby pertama kali merokok saat SMP kelas 1 karena coba-coba. Dia hanya merokok jika ditawari temannya sebagai rasa menghargai. Pernyataan dia “Awalnya dulu nggak ngrokok,karena dilarang sama orangtua tapi lihat temen-temen pada ngrokok ya jadi ikut-ikutan gimana rasanya ngrokok sampai sekarang udah dibolehkan orangtua”. Ade tanjung sama dengan Roby, yaitu merokok karena mencoba-coba. Dia sempat mengatakan “nggak ngrokok nggak gaul”, meskipun saat ini dia masih merokok.
Sedangkan siswa yang dikategorikan dalam perokok aktif adalah Roby dan Ade yaitu siswa SMA Muhammadiah. Roby pertama kali merokok saat SMP kelas 1 karena coba-coba. Dia hanya merokok jika ditawari temannya sebagai rasa menghargai. Pernyataan dia “Awalnya dulu nggak ngrokok,karena dilarang sama orangtua tapi lihat temen-temen pada ngrokok ya jadi ikut-ikutan gimana rasanya ngrokok sampai sekarang udah dibolehkan orangtua”. Ade tanjung sama dengan Roby, yaitu merokok karena mencoba-coba. Dia sempat mengatakan “nggak ngrokok nggak gaul”, meskipun saat ini dia masih merokok.
Salah satu perokok pecandu adalah
ade junanda. Dia setiap hari merokok. Bahkan dalam satu hari minimal
menghabiskan 6 batang rokok. Dia merasa lemas badannya dan sulit berkonsentrasi
jika menahan diri untuk tidak merokok. “Kalau nggak ngrokok rasanya lemes,
nggak kuat ngapa-ngapain” ujar dia. Dia menambahkan “Kalau di pelajaran ya
menjadi kurang konsen”. Merokok sudah menjadi kebiasaan rutinnya. “Kalau ngrokok
sih udah biasa” kataAnto.
1. Menikmati Merokok
Ada sebagian siswa yang menikmati
rokok, tetapi ada sebagian pula yang tidak menikmati rokok. Dari 52,5% siswa
yang merokok, hanya sedikit yang mengaku merokok itu menyenangkan dan
menyegarkan, yaitu hanya sekitar 24%, selebihnya tidak merasa merokok itu menyenangkan
dan menyegarkan.
Berdasarkan wawancara dengan siswa , didapati satu siswa yang merasa merokok itu menyenangkan dan menyegarkan, yaitu Ade junanda. Dia mengatakan bahwa dengan merokok dia bisa lebih fresh dan bisa berkonsentrasi.
Berdasarkan wawancara dengan siswa , didapati satu siswa yang merasa merokok itu menyenangkan dan menyegarkan, yaitu Ade junanda. Dia mengatakan bahwa dengan merokok dia bisa lebih fresh dan bisa berkonsentrasi.
2. Mengetahui Bahaya Rokok
Elisa , siswa dari SMAN 1 Tembilahan
mengatakan bahwa dirinya tidak merokok karena mengetahui bahaya dari merokok.
“Saya nggak ngorok karena tahu sebab-akibatnya. Menurut pengalaman teman-teman
saya, merokok bikin nafasnya sesak, dan juga akibatnya sudah tertulis
dibungkusnya itu ,” ujarnya. Selain itu dia menambahkan bahwa merokok itu tidak
hanya merugikan diri sendiri tetapi juga merugikan orang lain yang
disekitarnya.
Semua siswa mengetahui bahaya merokok tetapi masih saja ada yang merokok. Hal ini membuktikan bahwa perilaku merokok dipengaruhi oleh individu dan lingkungan. Secara individu, mereka tahu merokok itu berbahaya. Namun karena remaja merupakan masa yang labil, mudah terpengaruh, dan masa pencarian identitas maka tetap saja perilaku merokok dilakukan. Besarnya rasa ingin penasaran dan ingin mencoba-coba sering mendorong remaja untuk melakukan hal yang baru, termasuk yang belum pernah merokok ingin merasakan bagaimana merokok itu. Lingkungan teman yang merokok kadang juga memancing diri mereka untuk merokok juga. Selain itu, nikotin dalam rokok juga menyebabkan kecanduan sehingga sulit untuk berhenti merokok meskipun ada keinginan untuk berhenti. Mengetahui bahaya merokok saja tidak cukup untuk menghindarkan diri dari merokok.
Semua siswa mengetahui bahaya merokok tetapi masih saja ada yang merokok. Hal ini membuktikan bahwa perilaku merokok dipengaruhi oleh individu dan lingkungan. Secara individu, mereka tahu merokok itu berbahaya. Namun karena remaja merupakan masa yang labil, mudah terpengaruh, dan masa pencarian identitas maka tetap saja perilaku merokok dilakukan. Besarnya rasa ingin penasaran dan ingin mencoba-coba sering mendorong remaja untuk melakukan hal yang baru, termasuk yang belum pernah merokok ingin merasakan bagaimana merokok itu. Lingkungan teman yang merokok kadang juga memancing diri mereka untuk merokok juga. Selain itu, nikotin dalam rokok juga menyebabkan kecanduan sehingga sulit untuk berhenti merokok meskipun ada keinginan untuk berhenti. Mengetahui bahaya merokok saja tidak cukup untuk menghindarkan diri dari merokok.
1.5. Pencegahan Perilaku Merokok di
Kalangan Remaja
Diperlukan tindakan dan pengarahan
untuk mengatasi perilaku merokok pada remaja Siswa siswi Disinilah peran guru
dibutuhkan, terlebih bagi guru BK dan guru agama agar ada pencegahan terhadap
perilaku merokok sehingga dapat meminimalisir jumlah pelaku merokok.
siswa yang merokok dapat diketahui
melalui ciri-cirinya. Jika bertemu secara face to face tercium dari aromanya,
bibirnya terlihat hitam, dan dari giginya ada zat yang menempel di giginya.
Perilaku merokok perlu penanganan
khusus. Dari pihak sekolah, setiap awal tahun pasti menekankan aturan sekolah
khususnya pelarangan tentang merokok. Pihak sekolah juga mendatangkan
narasumber dari dinas kesehatan untuk memberikan penyuluhan atau sosialisasi
tentang kesehatan, khususnya bahaya merokok. Selain itu, sekolah bekerja sama
dengan puskesmas setempat untuk mengadakan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
sehingga mengetahui siswa yang merokok. Namun, beliau menambahkan kalau cara
ini belum efektif karena siswa hanya sadar beberapa saat setelah penyuluhan.
Terlebih sekolah hanya bisa mengontrol pada saat jam belajar di sekolah saja,
setelah jam itu sekolah tidak dapat mengontrol. Sekolah juga menerapkan reward
and punishment, bagi siswa yang didapati merokok dilingkungan sekolah akan
mendapatkan hukuman yang berupa poin kesalahan., siswa yang merokok dapat
diketaui ciri-cirinya, yaitu: biasanya tubuhnya kekuru-kuruan, sering sakit,
cepat emosi, mudah tersinggung, dan biasanya malas-malasan.
Tindakan dari guru agama mengatasi perilaku merokok remaja, dilakukan dengan memberikan peringatan-peringatan agar siswa benar-benar tau bahaya dari merokok sehingga dapat meninggalkan rokok. Peneliti menambahkan tindakan yang perlu dilakukan untuk mencegah perilaku merokok di kalangan remaja yaitu perlunya kerjasama antara pihak sekolah dan orangtua untuk mengawasi dan mengarahkan tingkahlaku remaja. Salahsatu kebutuhan khas remaja adalah kebutuhan akan kasih sayang. Perhatian orangtua terhadap anak merupakan salahsatu bentuk kasih sayangnya terhadap anak. Sebaiknya orangtua mengetahui keadaan emosi anak, terutama ketika anak mengalami depresi sehingga tidak sampai melampiaskannya pada perilaku merokok.
Tindakan dari guru agama mengatasi perilaku merokok remaja, dilakukan dengan memberikan peringatan-peringatan agar siswa benar-benar tau bahaya dari merokok sehingga dapat meninggalkan rokok. Peneliti menambahkan tindakan yang perlu dilakukan untuk mencegah perilaku merokok di kalangan remaja yaitu perlunya kerjasama antara pihak sekolah dan orangtua untuk mengawasi dan mengarahkan tingkahlaku remaja. Salahsatu kebutuhan khas remaja adalah kebutuhan akan kasih sayang. Perhatian orangtua terhadap anak merupakan salahsatu bentuk kasih sayangnya terhadap anak. Sebaiknya orangtua mengetahui keadaan emosi anak, terutama ketika anak mengalami depresi sehingga tidak sampai melampiaskannya pada perilaku merokok.
Pengawasan terhadap pergaulan remaja
oleh orang tua dan sekolah akan memberikan hasil yang maksimal dalam mengatasi
perilaku merokok pada remaja. Orang tua seharusnya mengawasi lingkungan bermain
anak dan bagaimana teman-teman sebayanya. Karena, saat remaja bergantung pada
kelompok teman sebayanya, remaja butuh untuk diterima dan diakui oleh
kelompoknya. Apabila berteman dengan kelompok orang yang merokok, maka dengan
mudah anak akan merokok juga.
Ditambah perlu adanya keteladanan terutama dari
para orangtua dan guru. Karena remaja mempunyai karakteristik ingin mencoba apa
yang dilakukan oleh orang dewasa, seolah-olah ingin membuktikan apa yang dilakukan
orang dewasa dapat puladilakukan oleh remaja.Selain itu penyuluhan tentang
bahaya merokok sebaiknya tidak hanya fokus ke jangka panjang saja seperti dapat
menyebabkan penyakit serius, tetapi juga harus fokus ke jangka pendek seperti
merokok sama dengan membakar uang, calon pacar tidak suka bau dan mengapa mau
dibodohi iklan. Ditambah lagi, siswa harus selalu mengingat slogan “matikan
rokokmu sebelum rokok mematikanmu”.
by : (pelajarinhil.com)
Follow our blog on Twitter, become a fan on Facebook. Stay updated via RSS
0 komentar for "Budaya merokok di kalangan remaja"